Nuansa sore di Kali Metro yang terletak pada Jalan Joyo Suko memang memberikan kesan apik bagi para penikmatnya. Kesan menikmati kopi dan gorengan yang dijual oleh warga sekitar, seakan memfasilitasi untuk duduk menggunakan tikar ala kadarnya. Paparan sawah yang tidak begitu luas diantara padat pemukiman warga. Namun, kesan sore dihadapan sawah yang sedang bermusim padi, seakan menyuguhkan hijau menawan untuk di pandang.
Hal menarik yang bisa kita dapatkan ialah rasa rasanya pemandangan permainan layangan masih bisa rasakan diera digitalisasi. Ini yang penulis harapkan. Bertahannya permainan tradisional di suatu daerah untuk menjaga identitas yang mendarah daging.
Permainan layangan sendiri biasanya berlangsung selama musim kemarau, saat sedang kencang-kencangnya angin. Salah satu hal menariknya ialah diatas langit ialah gelanggang bagi setiap layang-layang yang terbang untuk saling beradu kekuatan.
Istilah yang lebih dikenal ialah sambitan. Permainan layangan dapat dimainkan oleh berbagai usia. Hal ini dinyatakan, sore di kalimetro menunjukan semua kalangan dari setiap usia masih memainkan layangan ini dengan penuh kebahagiaan.
“Disini mudah dijangkau dan kita bisa dengan luluasa menikmati sore dengan berbagai suguhan yang diberikan” ungkap restu.
Salah satu warga sekitar lokasi Kalimetro menyatakan bahwa “saya kesini membawa anak saya yang masih kecil, mengajaknya bermain layangan dengan harapan dapat memainkan permainan yang bapaknya mainkan dahulu” ujarnya bapak Busairi yang mengajak anaknya bermain layangan.
Secara fasilitas penunjang disana dapat dikatakan sangat minim. Bermodalkan gerobak dan menu menu yang disajikan sangat sederhana, tampak seorang penjual kopi yang menjajalkan hidangannya setiap sore tidak pernah sepi akibat pemandangan sederhana kalimetro yang luar biasa.
0 Comments