Header Ads Widget

LPM NADIFIA

Pelaksanaan UAS di Bawa Pulang, take away?



Pelaksanaan Ujian Akhir semester sudah berlangsung beberapa hari belakangan ini. Semua harapan dari pelaksanaan ini ialah sebagai ajang pengulangan dan evaluasi pembelajaran selama satu semester. Tidak semua mahasiswa dapat merasakan lancarnya ujian ini. Ada, beberapa syarat penting untuk bisa mengikuti serangkaian pengujian ini. Diantaranya, ialah kalkulasi absen yang mapan. Hal ini dapat dijaga dengan selalu antusias menjalani kegiatan pembelajaran di kelas. 

Namun, tak jarang ada beberapa dosen memberikan pra syarat untuk dijadikan sebagai tiket mengikuti ujian ini. Seperti memberikan tugas dalam bentuk apapun, sehingga hal ini berdampak baik kepada keberlangsungan mahasiswa untuk menambah pengetahuannya serta tanggung jawabnya suatu hal yang ditempuh.

Rasa rasanya teknis pelaksanaan ujian akhir semester memiliki banyak teknis. Secara alokasi pengerjannya ada teknis besar yang dapat dilakukan di kelas maupun di rumah (take a home)

Pertimbangan yang paling dirasakan dan banyak diharapkan oleh kalangan mahasiswa ialah pengerjaan apapun bentuk ujian yang diujiakan dilakukan dirumah dengan menjunjung tinggi integritas akademik yang berlaku. 

Studi membuktikan bahwa take-home exams dapat mengurangi kecemasan pelajar dalam proses belajar (Bengtsson, 2019; Myyry & Joutsenvirta, 2015). Dari studi tersebut, kita bisa menyadari bahwasannya pelaksanaan UAS yang diberikan oleh dosen dengan pengerjaan take home memberikan kita kemerdekaan untuk lebih mengeksplorasi kompetensi civitas akademik mahasiswa.

Namun, kenyataan tersebut melahirkan dua belah sisi yang simpang siur. Negativenya dengan kehendak dosen yang memberikan ruang pengerjaan UAS di rumah ialah melunturkan tanggung jawab atas kewajibannya. Menelaah maksud tersebut, kesempatan tersebut malah menjadi angin segar para mahasiswa untuk berleha-leha dan menyepelekannya.

Tidak terlepas dari itu, sikap yang diambil mahasiswa saat mendapati UAS dalam bentuk take home dapat memberikan ruang leluasa kepada mahasiswa untuk saling menyontek dan tidak mengerjakan secara mandiri. Berbeda jika ujian tersebut dalam sebuah kelompok mengedepankan kerja sama.

Realita yang acap kali terjadi dalam keberlangsungan UAS ialah mahasiswa datang ke kelas dengan menggunakan pakaian yang telah di tentukan hanya untuk melakukan tanda tangan. Bukti nyata kalau ia telah mengikuti ujian tersebut dan membawa, mengemban beban ujian tersebut secara take away untuk dibungkus dan dibawa pulang.

Harapannya, pendidik dan terdidik harus saling memberi simbiosis mutualisme dari berbagai dampak pengerjaan tugas UAS ini. Dengan demikian, pendidik harus lebih intensif mengawasi penugasan yang terdidik kerjakan. Kecermatan dalam mengawasi pengerjaannya dapat mengurangi resiko untuk tugas yang berkesan coppy paste. 

Alih alihnya, terdidik juga harus saling menjunjung tinggi harapan pendidik dengan memberikan perilaku yang sesuai dengan pengerjaan tugas uas tersebut. Salah satu cara yang bisa terdidik lakukan melalui penyikapan tugas UAS take home secara tanggung jawab, totalitas dan mengedepankan integritasnya yang jujur serta mengedepankan motivasinya yang selalu mengasah perkembangannya.

Post a Comment

0 Comments