Eksistensi kampus sebagai salah satu sarang bersemayam nya berbagai
organisasi intra maupun extra tidak akan termakan waktu. Meskipun terkadang pasang
surutnya menjadikan sebuah penggerak yang dijadikan dasar untuk maju dalam
tujuan yang disepakati oleh setiap anggotanya. Dengan demikian orientasi
perkembangan melalui kaderisasi menjadikan sebuah tujuan untuk menjaga dan
keutuhan tongkah organisasi tersebut.
Praktik kaderasasi dalam sebuah organisasi harus mengambil peran signifikan
dalam keberlanjutan serta kemandirian. Sehingga kepentingan yang menyadari
bahwa harus ada penerus melanjutkan estafet organisasi harus disikapi dengan
kebijaksanaan dan mengedepankan asas kekeluargaan yang romantis juga perlu
kasih sayang. Sebagaimana hubungan antara seorang kakak kepada adik yang rukun
dan sejahtera dalam sebuah keluarga.
Pada setiap tubuh organisasi pula, kaderisasi harus menjadi jantung kedua
setelah ketua sebagai suatu organ yang penting untuk menjaga keanggotaan agar
tumbuh menjadi bibit yang diharapkan dan menebarkan manfaat bagi lingkungan
sekitarnya. Namun, praktik ini perlu digaris bawahi dengan seksama dalam
lapangan yang acapkali terjadi.
Yang perlu dimaknai secara bijak dalam tradisi kaderisasi ini bukan perihal
kekuasaan senioritas ataupun intimidasi. Peran senior sebagai kakak yang
menuntun jalan para adik adiknya kepada jalan sepatutnya dan pantas. Memaknai
ungkapan senior, yang kaprah sebagai bermain lebih dulu dalam peran yang
seharusnya. Sehingga, memiliki kemampuan dan pengetahuan lebih tau bagaimana
pola serta taktis yang tepat. Jika bermain dulu, maka pola dan evaluasi
perbaikan yang seharusnya diwariskan tidak harus diungkapkan tanpa menyelipkan
ego dan mengaku akukan aku seorang senior.
Wejangan yang pantas serta nilai nilai baik yang diturunkan menghasilkan
kaderisasi yang menyempurnakan masa sebelumnya untuk menjadikan organisasi
tumbuh semakin efesien dan lebih taktis. Tidak dapat dibenarkan bahkan adalah
suatu bentuk keharaman jika berbenak dalam diri seorang pendahulu (senior)
menganggap dirinya adalah pahlawan kesiangan. Toh, esensinya adanya senior
untuk menuangkan banyak kemanfaatan yang baik. Bukan malah, memperpanjang
barisan perbudakan dengan petuah petuah manisnya yang menghegemoni pemikiran
dan tindakan.
Sebagai pemain baru dalam bergerak dan mengambil peran. Setidaknya ada dua
nilai yang perlu dicuri dan ditiru dalam diri kakak senior sebagai bentuk
sebuah kaderisasinya. Yang awal ialah manuver taktisnya dan yang akhir karakter
keintelektualnya. Jika dua nilai atau modal itu dapat ditiru dengan arif. Maka,
adek yang melanjutkan perjuangan emban organisasinya dapat memikul beban
dengan have fun namun penuh keseriusan.
*Muhammad Izzul Haq
0 Comments