Header Ads Widget

LPM NADIFIA

Romantisasi Kaderisasi bukan Senioritas Tanpa Tau Batas



Eksistensi kampus sebagai salah satu sarang bersemayam nya berbagai organisasi intra maupun extra tidak akan termakan waktu. Meskipun terkadang pasang surutnya menjadikan sebuah penggerak yang dijadikan dasar untuk maju dalam tujuan yang disepakati oleh setiap anggotanya. Dengan demikian orientasi perkembangan melalui kaderisasi menjadikan sebuah tujuan untuk menjaga dan keutuhan tongkah organisasi tersebut.

Praktik kaderasasi dalam sebuah organisasi harus mengambil peran signifikan dalam keberlanjutan serta kemandirian. Sehingga kepentingan yang menyadari bahwa harus ada penerus melanjutkan estafet organisasi harus disikapi dengan kebijaksanaan dan mengedepankan asas kekeluargaan yang romantis juga perlu kasih sayang. Sebagaimana hubungan antara seorang kakak kepada adik yang rukun dan sejahtera dalam sebuah keluarga.

Pada setiap tubuh organisasi pula, kaderisasi harus menjadi jantung kedua setelah ketua sebagai suatu organ yang penting untuk menjaga keanggotaan agar tumbuh menjadi bibit yang diharapkan dan menebarkan manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Namun, praktik ini perlu digaris bawahi dengan seksama dalam lapangan yang acapkali terjadi.

Yang perlu dimaknai secara bijak dalam tradisi kaderisasi ini bukan perihal kekuasaan senioritas ataupun intimidasi. Peran senior sebagai kakak yang menuntun jalan para adik adiknya kepada jalan sepatutnya dan pantas. Memaknai ungkapan senior, yang kaprah sebagai bermain lebih dulu dalam peran yang seharusnya. Sehingga, memiliki kemampuan dan pengetahuan lebih tau bagaimana pola serta taktis yang tepat. Jika bermain dulu, maka pola dan evaluasi perbaikan yang seharusnya diwariskan tidak harus diungkapkan tanpa menyelipkan ego dan mengaku akukan aku seorang senior.

Wejangan yang pantas serta nilai nilai baik yang diturunkan menghasilkan kaderisasi yang menyempurnakan masa sebelumnya untuk menjadikan organisasi tumbuh semakin efesien dan lebih taktis. Tidak dapat dibenarkan bahkan adalah suatu bentuk keharaman jika berbenak dalam diri seorang pendahulu (senior) menganggap dirinya adalah pahlawan kesiangan. Toh, esensinya adanya senior untuk menuangkan banyak kemanfaatan yang baik. Bukan malah, memperpanjang barisan perbudakan dengan petuah petuah manisnya yang menghegemoni pemikiran dan tindakan.

Sebagai pemain baru dalam bergerak dan mengambil peran. Setidaknya ada dua nilai yang perlu dicuri dan ditiru dalam diri kakak senior sebagai bentuk sebuah kaderisasinya. Yang awal ialah manuver taktisnya dan yang akhir karakter keintelektualnya. Jika dua nilai atau modal itu dapat ditiru dengan arif. Maka, adek yang melanjutkan perjuangan emban organisasinya dapat memikul beban dengan have fun namun penuh keseriusan.

 

*Muhammad Izzul Haq

Post a Comment

0 Comments