Header Ads Widget

LPM NADIFIA

Trust Issue, Bukan Masalah Sepele

 


Agar dapat menjalani hubungan apapun dengan siapapun. Maka, perlu menanamkan rasa kepercayaan. Sehingga hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik dan sehat sebagaimana lahirnya hubungan. Terikat oleh pendapat tersebut dapat dianalogikan bahwa kepercayaan ialah tali dalam apapun hubungan yang terjalin. Kepercayaan ialah pengikat dan pengerat dalam setiap hubungan. Hubungan dapat dikatakan telah goyah apabila kepercayaan yang telah dipercayakan tidak dapat memberikan harapan yang dipercaya.

Sabrina Romanoff, seorang psikolog klinis dan profesor di Universitas Yeshiva, mengatakan bahwa, “Mempercayai berarti mengandalkan orang lain karena merasa aman dan memiliki keyakinan bahwa mereka tidak akan menyakiti satu sama lain. Kepercayaan adalah dasar dari sebuah hubungan karena kepercayaan memungkinkan seseorang menjadi terbuka tanpa harus melindungi dirinya sendiri”.

Kepercayaan dianggap oleh sebagian besar psikolog sebagai komponen utama dalam hubungan yang matang dengan orang lain, baik intim, sosial, atau terapeutik. Erik Erickson seorang psikolog Jerman mengatakan bahwa hal yang pertama kali akan dipelajari oleh manusia adalah lingkungan ini dapat dipercaya atau tidak.

Dari sekian banyak penyebab kesehatan mental yang terganggu salah satunya mengenai masalah kepercayaan, atau bahasa yang lebih kekinian ialah Trust Issue. Rasa-rasanya trust issue disebabkan oleh kekecewaan, pengkhianatan dan luka yang dialami oleh segelintir orang akibat beberapa tindakan yang mengakibatkan trauma kepercayaan.

Penulis pernah membaca dalam salah satu buku psikolog bahwa trauma merupakan salah satu penyakit psikologis yang tragis. Sehingga harus ada pengobatan khusus kepada para pengidapnya. Tulisan ini ingin menjadikan masalah kepercayaan sebagai fokus utamanya.

Membahas trust issue maka tak jauh kemungkinan kita menyetarakan kata dalam keadaan jiwa yang rapuh atau runtuh. Keadaan dimana seseorang mengalami kekecewaan atas hubungan yang dianggap rusak. Berdasarkan pada beberapa literatur, bahwa hal ini berdampak pada emosional, self esteem yang renah, tidak percaya diri yang paling parah ialah merasa dirinya tidak berharga sama sekali dan tidak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan.

Dampak yang disebabkan oleh trust issue ternyata cukup ironis yang mengancam pada diri pengidapnya. Diantaranya Pemikiran yang lebih atau Overthinking, hubungan yang merenggang dan mengisolasi diri untuk mengekspor dunianya.

Bagaimana cara menyembuhkan Trust Issue?

Dan tidak ada sembuh secara tiba tiba, Secara jelas penyembuhan membutuhkan proses dan waktu. Maka sedari dini kita harus menyadari kita mulai mengobati dengan pasti.

1.     Percaya kepada diri sendiri.

Sebelum berusaha menyembuhkan kepercayaan kepada orang lain. Maka kita harus melatih kepercayaan kepada diri sendiri terlebih dahulu. Penulis memberikan salah satu ungkapan bahwa percaya diri bisa dibangun diatas dunia sendiri tanpa melibatkan orang lain. Kita perlu menyisihkan waktu untuk memeluk diri dan berterimakasih pada diri sendiri.

2.     Tempatkan diri pada Lingkungan baik. 

Lingkungan merupakan salah satu yang sensitif dan dapat menentukan sikap dan sifat seseorang. Maka, dalam proses penyembuhan kita perlu mencari tempat yang menenangkan diri. Diri yang tenang dapat berfikir dan menyikapi apapun dengan aliran tenang pula. Lambat laun kita menjadi tenang dan manusia yang damai dengan diri sendiri. Carilah tempat yang memberikan dampak baik sesuai kadar sadar dan emosional kita 

3.     Komunikasikan yang perlu diungkapkan.

Pengungkapan adalah bentuk lain dari pengekspresian diri. Namun, ekspresi tanpa komunikasi yang baik dapat berakibat buruk pula. Melatih komunikasi dapat dimulai dengan orang terdekat. Tentu, kita tidak serta merta menceritakan keluh kisah kita kepada semua orang. Life is private broh!

Selain itu perlu dikomunikasikan perihal jalan keluar dari masalah ini, hal ini berdampak pada nilai nilai positif yang tertuang mengenai step penyembuhan dari beberapa kemungkinan dan pendekatan.

4.     Jangan tergesa gesa.

Dalam proses penyembuhan alangkah baiknya kita menikmati dengan senikmat-nikmatnya. Dengan demikian, kita dapat menyadari lebih bahwa kenikmatan yang hakiki tidak didapat dari apapun yang dikejar secara tergesa gesa.

Memaksa dengan mempercepat sesuatu dapat mengakibatkan luka kepercayaan belum sembuh tergores kembali.

5.     Belajar Memaafkan dan Mulai Menerima

Salah satu fase terberat dalam proses penyembuhan ialah aspek ini. Namun, bentuk penyembuhan dibungkus sembari melakukan pembelajaran sehingga kita tak jatuh pada masalah kepercayaan yang sama.

Cobalah untuk memaafkan diri sendiri terlebih dahulu diimbangi dengan ungkapan diri sendiri dan semua orang pernah melakukan kesalahan. Dan mulai menerimanya dengan ikhlas dan tabah.

6.     Support Emotional

Cara ini bisa dijadikan sebagai alternatif dalam proses penyembuhan. Jika memang dalam proses penyembuhan perlu melibatkan support emotional. Maka, hal tersebut bisa didapatkan dari orang terdekat yang dapat mengawasi dan mengontrol sikap dan emotional kita dalam bertindak.

Selamat Berdamai dengan diri sendiri dan Lekas Membaik.

 

 

 

Post a Comment

0 Comments